Detail Berita
April 15, 2025
Fastabiqul Khairat: Guru Al-Qur’an Hadis Ajak Siswa Berlomba dalam Kebaikan Lewat Proyek 7 Hari
Barabai (MAN 3 HST) - Misran B, guru Al-Qur’an Hadis di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 3 Hulu Sungai Tengah (HST), menunjukkan praktik baik pembelajaran melalui proyek “Tantangan Kebaikan 7 Hari” berbasis pendekatan STAR pada Senin (14/04/2025). Proyek ini menjadi cara inovatif untuk mengajarkan nilai Fastabiqul Khairat dengan mengubah teori menjadi aksi nyata di kelas XI.
Materi Fastabiqul Khairat yang berarti “berlomba-lomba dalam kebaikan” sering kali dianggap teoritis dan kurang menarik bagi sebagian siswa. Menanggapi hal ini, Misran B, seorang guru Al-Qur’an Hadis, merasa perlu menghadirkan metode pembelajaran yang lebih kontekstual dan menyenangkan. Dengan menggunakan pendekatan STAR (Situation, Task, Action, Result), ia menciptakan sebuah proyek sederhana yang berdampak nyata: Tantangan Kebaikan 7 Hari.
“Awalnya saya melihat siswa tampak pasif ketika materi ini disampaikan secara konvensional. Maka saya coba ubah pendekatannya menjadi lebih aplikatif dan membumi, agar mereka bisa langsung mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari,” ungkap Misran.
Melalui video berdurasi sekitar 10 menit yang dirancang dengan urutan STAR, pembelajaran dimulai dari situasi siswa yang kurang antusias. Misran kemudian memberikan tugas berupa proyek kebaikan selama tujuh hari. Setiap siswa diminta melakukan aksi kebaikan seperti membantu teman, membersihkan lingkungan, menyapa dengan ramah, hingga berdoa bersama. Semua aktivitas dicatat dalam jurnal pribadi dan direkap dalam Kertas Jurnal Fastabiqul Khairat.
“Seru banget! Awalnya saya kira bakal ribet, tapi ternyata bikin semangat buat berbuat baik setiap hari,” tutur Novia Irawati, salah satu siswa kelas XI, yang ikut dalam proyek tersebut.
Selain jurnal, para siswa juga diminta mempresentasikan pengalaman mereka di akhir tantangan. Misran memberikan penghargaan simbolis bagi peserta paling aktif dan konsisten. Hasilnya, suasana kelas menjadi lebih positif dan harmonis, serta siswa terlihat lebih peduli terhadap sekitarnya.
“Dalam lomba kebaikan ini, bukan siapa yang paling banyak, tapi siapa yang paling ikhlas dan konsisten. Dan semua anak punya kesempatan jadi pemenang,” tambah Misran.
Praktik baik yang dilakukan Misran ini menjadi contoh nyata bahwa pembelajaran Al-Qur’an tidak harus terbatas di dalam kelas. Ketika materi dihubungkan dengan kehidupan nyata, siswa tidak hanya belajar memahami, tetapi juga menerapkan nilai-nilai luhur dalam keseharian. Proyek ini membuktikan bahwa fastabiqul khairat bukan hanya pelajaran, tapi budaya hidup yang bisa dimulai dari madrasah. (Rep: Misran/Ft: Rafli).
83 Views